SELAMAT DATANG DI BLOG MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2009 B, SEMOGA APA YANG KAMI APRESIASIKAN DIBLOG INI DAPAT BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUANYA...!!!

Selasa, 29 November 2011

METODE OBSERVASI

A.     PENGERTIAN
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

B.     TUJUAN OBSERVASI
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1.      Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2.      Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3.      Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1.      Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
2.      Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapai klien.
3.      Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan anak-anak pada tahap tertentu.
4.      Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua, guru, dokter, dan lain-lain.
5.      Sebagai informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.

C.     FUNGSI OBSERVASI
1.      Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.
2.      Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
3.      Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.

D.     TEKNIK OBSERVASI
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.      Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
a.       Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b.      Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c.       Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation).
Hal ini tergantung kepada situasi. Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.      Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a.       Materi ObservasiIsi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas.
Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b.      Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3.      Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
        Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
        Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
        Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
        Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.

Berdasarkan prosedur dan pelaksanaannya, Pauline Young membagi observasi menjadi 2 jenis, yaitu:
1.      Controlled Observation (observasi terstruktur)
Controlled observation (Observasi terstruktur) adalah suatu observasi yang prosedur danpelaksanannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat-alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses kontrol yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan, terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi

2.      Uncontrolled Observastion (observasi tidak terstruktur)
Uncontrolled observation (observasi tidak terstruktur) diartikan sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks.
Berdasarkan hubungan antara observer dan gejala yang diobservasi, baik observasi terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Pada observasi partisipan, observer terlibat dengan situasi/lingkungan dimana gejala terjadi. Jadi, tidak ada jarak antara observer dengan gejala yang diobservasi.
Sedangkan pada observasi nonpartisipan, observer memperlakukan dan mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sehingga dirinya benar-benar berada “di luar” atau tidak terlibat dalam situasi, lingkungan, dan gejala yang diamati.

E.     KEUNTUNGAN METODE OBSERVASI
1.      Memungkinkan perekaman gejala-gejala pada waktu terjadinya/apa adanya.
2.      Dengan pengamatan langsung dapat mengetes kebenaran dan keyakinan peneliti, kebenaran data, dan menghapus keraguan adanya bias.
3.      Ada studi sosial/psikologis yang tidak mungkin menggunakan metode lain, Jadi metode observasi merupakan satu-satunya metode yang dapat dilakukan. Contohnya: meneliti tingkah laku hewan, anakanak, bayi, orang yang terganggu jiwa, orang cacat mental.
4.      Observasi tidak tergantung pada kemauan objek yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya. Misalnya: bila akan mengobservasi orang yang akan menempuh ujian, maka tidak perlu menanyakan apakah orang yang diobservasi bersedia atau tidak untuk diobservasi.
5.      Mampu memahami tingkah laku yang kompleks dan situasi yang rumit.
6.      Memperoleh gambaran berbagai tingkah laku dalam waktu yang bersamaan

F.      KELEMAHAN OBSERVASI
1.      Observasi sangat tergantung pada individu yang melakukan observasi.
Terjadi Hallo Effect.
Tanpa pengarahan yang terperinci akan diperoleh hasil yang sangat subjektif, dimana observer cenderung menilai seseorang dengan sikap menggeneralisasikan penilaian (positif atau negatif). Misalnya, jika kita menyukai seseorang, kita cenderung memberikan penilaian positif padanya, dan untuk seterusnya akan timbul kecenderungan memberikan penilaian positif. Demikian pula sebaliknya.
Ada refleksi observer, yaitu ikut berpengaruhnya struktur kepribadian observer (berkaitan dengan latar belakang observer), yang tercermin dalam hasil observasinya terhadap orang yang diobservasi. Selain itu juga pengaruh pengalaman-pengalaman emosional dapat tampil dalam kegiatan observasi.
Pengamatan bersifat selektif (berkaitan dengan keterbatasan penglihatan secara fisiologis, juga berkaitan dengan minat dimana observer cenderung mengamati hal-hal yang menonjol atau yang ingin diamati saja), Untuk mengatasi kelemahan ini bisa dilakukan cara-cara berikut:
Merumuskan tujuan penelitian secara sangat terperinci dan menuangkannya ke dalam pola-pola tingkah laku yang akan diobservasi secara jelas dan tajam.
Melakukan perekaman hasil observasi yang dibantu dengan alat-alat lain seperti kamera maupun audiovisual lainnya.
Melakukan observasi dengan 2 observer atau lebih yang berbeda latar belakang, disiplin, maupun pendidikannya.
Dalam melakukan observasi harus dilakukan prosedur kontrol yang teliti, misalnya harus diuraikan secara jelas apa yang harus diobservasi, bagaimana merekamnya, alat apa yang digunakan, dan bagaimana menulis laporannya. Keseluruhan prosedur kontrol itu adalah untuk menjamin agar observasi dapat diulang kembali.
2.      Observasi dipengaruhi oleh responden yang diamati.
Jika responden yang diamati mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, bisa terjadi Hawthorne Effect, yaitu suatu kecenderungan pada individu untuk mengatur tingkah lakunya agar tampak menjadi lebih baik, sehingga menjadi berbeda dari kondisi yang alamiah.
3.      Observasi bersifat terbatas (harus menunggu munculnya gejala yang akan diobservasi).
Keterbatasan observasi, lebih-lebih observasi yang merupakan “observasi participasi” akan meminta observer untuk menunggu gejala-gejala yang akan diamati. Misalnya: kita akan mengobservasi ekspresi emosi anggota keluarga raja saat penguburan raja-raja di Tanah Toraja.

4.        Sebagai metode, observasi terbatas oleh kurun waktu.
Misalnya untuk meneliti riwayat hidup seseorang.
5.      Observasi tidak mampu menjelaskan dinamika tingkah laku.
Misalnya: meneliti orang marah, hanya melihat orang tersebut cemberut, wajah memerah, mata melotot, dsb, tapi tidak mengetahui mengapa ia marah.
6.      Observasi tidak mampu menggali ide, perasaan, sikap, dan tanggapan seseorang.
7.      Tidak banyak bidang yang dapat diteliti dengan menggunakan observasi sebagai metode utama.
8.       Jika menggunakan alat, maka kelemahannya adalah
-          Biaya mahal
-          Tidak semua orang dapat menggunakan alat bantu (perlu keahlian khusus)
-          Bisa menimbulkan kecurigaan dari responden _ perlu diantisipasi.



























REFERENSI
Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar